Minggu, 29 Juni 2014

Sebuah Pilihan

Seorang penulis yang sangat saya kagumi telah memilih jalan hidupnya. Ia seorang Pengagum Senja yang telah menyadarkan saya apa itu hidup. Bagi dirinya, hidup adalah mengekspresikan diri dan pikiran melalui sebuah tulisan. Tak perlu tulisan yang panjang, yang penting bermakna. Lewat tulisan-tulisannya, saya menjadi sadar bahwa menulis adalah bagian dari hidup saya yang telah lama terlupakan. Semenjak bertemu dengannya, saya menjadi semangat untuk menulis, menulis apa saja untuk mencurahkan ekspresi saya. Selama dua bulan bertemu dengannya, saya mulai menyadari bahwa saya sangat mengaguminya, seperti ia mengagumi senja. Meskipun ia tak pernah tahu keberadaan saya selama ini, saya tetap mengaguminya. Sayangnya, kami berdua hanyalah dua buah garis yang berpotongan. Hanya mampu bertemu di satu titik, tapi tak dapat bertemu lagi. Kabar yang saya tahu, setelah lulus SMA, ia melanjutkan ke Seminari Menengah, menjalani kelas persiapan selama satu tahun. Bulan April lalu, ia telah lulus dari Seminari Menengah, dan ia mendaftar di Jesuit. Ia diterima, dan sekarang ia resmi menjadi seorang frater. Tanggal 21 Juni lalu, ia telah berangkat untuk memulai menempuh pendidikan agar ia siap menjadi seorang pater. Ya, ia telah memilih jalan hidupnya untuk berkarya dalam nama Tuhan, bekerja di ladang-Nya. Mungkin sebuah pilihan yang terasa berat bagi kita sebagai orang awam, tapi saya yakin ia telah menentukan pilihan itu sesuai hati nuraninya.

Selamat jalan Pengagum Senja, kau akan selalu kukagumi, dan tulisanmu akan selalu kutunggu. Semoga kita dapat bertemu lagi di lain waktu, dan sampai saat itu aku akan tetap menjadi pengagummu. Selamat jalan, selamat berjuang, fr. Raymondus Braja Restu SJ.