Minggu, 28 Agustus 2016

Dewasa

Menurut kalian, bagaimanakah menjadi dewasa itu? Umur yang sudah mencapai kepala dua? Tubuh yang mulai memperlihatkan ciri kedewasaannya? Atau semakin tingginya jenjang pendidikan kita, menyebabkan bertambah suatu gelar di belakang nama kita? Menurut saya, bukan semuanya. Dewasa bukan berarti umur yang makin bertambah, badan yang makin tumbuh, maupun pendidikan yang makin tinggi. Bagi saya, dewasa itu adalah masa dimana kita mulai kehilangan kebebasan. Masa dimana kita mulai melupakan bagaimana caranya untuk tertawa lepas. Dewasa, bagi saya cukup menakutkan. Jujur, saya takut beban saya makin bertambah sementara waktu saya makinberkurang. Saya takut menghadapi masalah orang dewasa dengan segala kompleksitas kehidupannya. Saya takut kehilangan kesederhanaan seorang anak kecil yang mudah tertawa lepas. Hal sederhana mampu membuatnya bahagia. Sementara bagi orang dewasa? Sangat sulit untuk tertawa lepas di tengah semua masalah yang menghadang. Bila saya boleh memilih, saya memilih tetap hidup sebagai anak kecil dengan semua keceriaan dan kepolosannya. Ya, andai saja saya bisa memilih seperti itu. Sayangnya, kemampuan saya sebagai manusia tak mampu melakukannya. Mau tidak mau, saya harus menghadapi masa sebagai seorang dewasa. Menjadi dewasa itu seperti menghadapi musuh yang ada di depan kita. Kita tidak bisa mundur, dan satu-satunya jalan hanyalah menghadapinya dengan segala kemampuan yang kita miliki. Menjadi dewasa memang berat, tapi berat bukan berarti tak bisa.

Minggu, 21 Agustus 2016

Empat tahun

Empat tahun bukan waktu yang sebentar. Banyak hal yang terjadi selama kurun waktu empat tahun. Sejak tahun 2012 hingga 2016 ini, ada banyak peristiwa dan pengalaman yang membawa perubahan dalam hidup saya. Mulai dari kesibukan masa SMA, beberapa event yang menyita waktu belajar dan bermain, pindah hingga saya hanya tinggal berdua dengan kakak, lulus dari SMA, dan melanjutkan kuliah yang mengharuskan saya tinggal di dalam asrama dengan segala keterikatannya. Selama empat tahun itu juga saya berusaha untuk melupakan rasa pedih yang cukup menyesakkan. Selama empat tahun saya berusaha untuk bangkit dan berusaha menjadi pribadi yang lebih dewasa. Sulit memang menjalaninya, tapi nyatanya, empat tahun ini sudah saya lewati, dan saya masih baik-baik saja. Dan setelah empat tahun yang saya lalui, saya kembali dipertemukan dengan kenangan yang pernah membuat air mata mengalir deras empat tahun lalu. Awalnya saya merasa marah dan tak bisa menerima pertemuan ini. Selama empat tahun saya berjuang untuk melupakan kenangan tersebut, dan sekarang kenangan itu muncul untuk menyapa. Namun, kemarahan tak akan menyelesaikan apapun. Empat tahun sudah cukup bagi saya untuk bangkit. Dan sekarang, setelah empat tahun berjuang, tak masalah bagi saya bertemu dengan kenangan tersebut. Bahkan, saya sanggup menyapa kenangan tersebut dengan lapang dada, tanpa rasa sedih dan marah. Mungkin, semua amarah yang ada telah terhapus selama empat tahun ini, sehingga saya merasa ikhlas memberikan senyum untuk kenangan yang datang menyapa. Ya, empat tahun sudah cukup untuk memperbaiki semuanya, dan sekarang waktunya untuk melangkah ke depan, tanpa beban apapun. EMpat tahunke belakang berhasil saya lalui, dan saatnya saya mempersiapkan diri untuk empat tahun ke depan. Tentunya akan ada banyak kejadian yang tak terduga dan mengubah hidup saya, tapi saya akan selalu siap. Saya siap menjalani empat tahun ke depan, dan tentunya belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi selama empat tahun ke depan.