Sabtu, 04 Januari 2014

Pengagum Senja

Senja. satu kata sederhana yang tak lagi dihiraukan. Mungkin, sebagian orang telah melupakan keberadaannya. Tapi tidak untukmu. Bagimu, senja adalah waktu terindah dalam dua puluh empat jam. Senjalah yang menghubungkan siang dan malam. Jembatan antara matahari dan bulan. Senja memang tak sebenderang siang, juga tak sepekat malam. Namun, senja selalu memberi arti yang mendalam bagimu. Saat tak seorangpun menyadari kehadiran senja, kau selalu setia menanti senja. Meski hanya tampak dalam hitungan menit, kau tetap menikmati kehadirannya. Warna senja yang indah begitu memukaumu. Entah merah muda atau nila, kau tak tahu apa namanya. Akan tetapi, bagimu itu tak penting karena kau yakin, semua yang indah tak selalu bernama, tapi pasti memberi makna.
Namun, senja tetaplah senja. Seberapapun besarnya kekagumanmu terhadap senja, kau tak dapat memilikinya. Kesetiaanmu menanti hadirnya senja tak mampu membantumu untuk meraih senja. Kau hanya mampu menikmati senja dari jauh. Hanya sanggup menyaksikan keindahannya tanpa sanggup menggenggamnya. Dan tetap saja, kau masih setia menanti hadirnya senja. Seperti aku yang selalu mengagumimu dari jauh, tanpa mampu meraihmu. Namun, aku akan tetap setia mengagumimu, seperti dirimu yang selalu mengagumi senja. Meski pada akhirnya aku tak dapat meraihmu, aku akan selalu mengagumimu dari tempatku berdiri, dari tempat yang tak mungkin kau sadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar